Kamis, 28 Juli 2016

Kali Kedua; Nobar Film Untuk Angeline

HERMES XXI - Ada yang berbeda pada acara nobar Kopiers Medan kali ini (Kamis, 28 Juli 2016). Para pemain seperti Papa John atau Hans De Kraker, Iqbal Perdana dan Kak Seto ikut serta meramaikan jalannya acara nobar. Sebelumnya para pemain Untuk Angeline sudah menunaikan Meet and Great bersama para pentonton di bioskop yang berbeda.

Seto Mulyadi atau lebih dikenal dengan sapaan Kak Seto sudah lama menjadi, psikologi anak, sahabat serta pendidik anak-anak bangsa. Ia sangat mendukung dengan terselenggaranya film Untuk Angeline terbukti dengan kehadirannya pada acara nobar di Hermes XXI, Medan. 
"Film ini didedikasikan untuk memperingati Angeline, seorang anak yang mendapatkan kekerasan oleh orangtua angkatnya. Dengan hadirnya tayangan seperti ini, semoga tidak ada lagi Angeline-Angeline berikutnya yang mengalami nasib yang sama," paparnya.


Kak Seto bersama Kopiers Medan, Mantap!

Selain sering menangani kasus kekerasan terhadap anak, kak Seto juga memiliki jabatan sebagai Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia LPAI (D/h Komnas Anak) dan Senior Advisor dari Koalisi Anak Madani Indonesia (KAMI) yang diketuai oleh kak Al. 

Selain itu, Hans De Kraker, seorang bule yang memiliki nama lengkap Abdul Rahmann Hans De Kraker juga antusias untuk memberikan semangat penuh pada film Untuk Angeline ini. "Jangan biarkan ada kasus kekerasan terhadap anak lagi" ungkapnya. Ia juga mengajak Kopiers Medan untuk foto bareng dengan gerakan anti kekerasan.

Stop Kekerasan Pada Anak!



Kali kedua nonton bareng (nobar) Untuk Angeline masih dengan rasa geram yang sama. Para pemain piawai memaikan perannya. Keseruan nobar Kopiers Medan pun tampak saat para pemain dan Kak Seto tergabung di dalamnya untuk menyaksikan bersama.

Foto dengan Kakak-kakak Kopiers Medan
 
ya, Seto pernah jatuh saat bermain sampai kening kirinya sobek. Untuk menutupi bekas jahitan, potongan rambutnya dibuat ala The Beatles. Sampai dewasa, ketika sudah menjadi Ketua Komi

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/2301-sahabat-anak-anak
Copyright © tokohindonesia.c
eto Mulyadi yang kemudian dikenal sebagai Kak Seto menikmati masa kecil yang bahagia bersama keluarga. Posisi ayahnya, Mulyadi yang menjabat sebagai Lihat Daftar Direktur
Direktur perkebunan negara di Klaten bisa membuat keluarganya hidup berkecukupan. Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/2301-sahabat-anak-anak
Copyright © tokohindonesia.com
eto Mulyadi yang kemudian dikenal sebagai Kak Seto menikmati masa kecil yang bahagia bersama keluarga. Posisi ayahnya, Mulyadi yang menjabat sebagai Lihat Daftar Direktur
Direktur perkebunan negara di Klaten bisa membuat keluarganya hidup berkecukupan. Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/2301-sahabat-anak-anak
Copyright © tokohindonesia.com

Kamis, 21 Juli 2016

Film 'Untuk Angeline' Sarat Pesan Moral





Seluruh wanita dan Ibu di dunia tentunya tidak akan tega membiarkan anak kandungnya sendiri terluka apalagi karena perbuatan tangannya sendiri. Begitupun setiap anak, mereka juga berhak memeroleh kasih sayang dari ibunya.



Hermes XXI Medan- Film yang bergenre drama biografi ini berhasil menarik perhatian penonton dengan kisah nyata yang dahulunya pernah dialami oleh Angeline, bayi yang dilahirkan Samidah. Film 'Untuk Angeline' sarat pesan moral jika ditonton bukan hanya dengan mata melainkan mata hati. 

Pembuka dalam film tersebut disuguhkan dengan kombinasi alur maju mundur dan dua latar yang berbeda. Tampak pembuatan film ini benar-benar dilalui dengan proses yang tak mudah. Penonton dapat menyaksikan adegan seseorang melahirkan dan jalannya suatu persidangan secara bersamaan. 


Anak Bukan Untuk Dijual


Tidak selamanya harta yang berlimpah akan menggantikan posisi memiliki seorang anak. John, tokoh lelaki yang menikahi seorang Janda beranak satu (Terry), tidak dapat memeroleh anak lagi dari istrinya membuat John sedih dan memutuskan untuk adopsi anak. Terry demi menyenangkan hati suaminya mengadopsi dengan ilegal (dijual) anak dari Samidah. Keluarga miskin yang tidak mampu menembus biaya persalinan di rumah sakit. 

Niat menyerahkan bayi ke keluarga John bukanlah keinginan Samidah, suaminya yang memegang andil dalam penjualan bayi tersebut dikarenakan terlalu sayang untuk menjual kereta. Sebelum membawa bayinya Samidah, John menghadiahkan nama 'Angeline'. Namun sungguh  malang nasibnya Angeline, baru terhitung beberapa hari sudah berpindah ke lain tangan.

Boneka Luna, Istana Gulali dan Bola-bola Lucu


Ritual setiap malam yang dilaksanakan oleh John (ayah angkat Angeline) adalah membacakan dongeng. John tampak sebagai sosok ayah yang tulus merawat Angeline. Ditemani dengan boneka Luna milik Angeline, ia menyimak dongeng istana gulali dan bola-bola lucu yang diceritakan ayah angkatnya. Adegan manis antara anak dan ayah kental di sini, John mengabadikan foto-foto Angeline ketika berlibur di pantai serta bermain dengan girang di halaman rumah mereka. 



 John meninggal dan Suasana Rumah Berubah Drastis


Sebelum kepergian John, Tery merasa suaminya tidak adil dengan pola asuh yang diberikan pada Kevin (anak Terry)  dan Angeline. Terjadi berulang kali pertikaian adu mulut di dalam rumah mereka di samping itu Mbok Iluh (asisten rumah tangga) dan Angeline yang berada di teras rumah menyaksikan hujan turun. Ia menerangkan pada Angeline bahwa hujan tersebut ialah 'hujan orang meninggal', tak lama kemudian John terserang penyakit jantung dan meninggal. Angeline sangat terpukul di sana menyaksikan ayahnya sudah tiada. 

Kasih sayang berubah menjadi kekerasan. Angeline dibesarkan dengan asuhan Tery yang kejam. Ia tidak pernah merawat anak tersebut, namun Mbok Iluh dan tukang kebun tetap memperlakukan Angeline dengan baik. Beberapa adegan kekerasan Tery pada Angeline tampak di film tersebut. 

Isak tangis Angeline, "Sakit, Ma. Ampun, Ma..."
Hingga akhirnya, Angeline menutup mata selamanya.

Samidah, Ibu yang Memiliki Ikatan Batin yang Kuat


Tidak tahan menunggu 18 tahun untuk melihat anaknya sendiri (Angeline), ia memutuskan kembali pulang ke Bali meninggalkan profesinya sebagai pembantu rumah tangga.

Sesampainya di rumah.

Suaminya sudah menikahi wanita lain. Samidah sangat sedih. Tidak berlarut-larut dalam kesedihan, ia kembali menguatkan hatinya untuk menemui Angeline dan selalu bermimpi tentang anaknya. Sesaat sebelum Angeline meninggal dunia, ia merenung di pantai dan tak sengaaja melepaskan kaus kaki bayi milik Angeline. 
Mungkin itu petanda, sudah terjadi kejadian buruk.


Pesan Moral yang Diperoleh


Jika bijak melhatnya maka mampulah ia menarik pesan moral dalam Film 'Untuk Angeline' ini. Jangan sia-siakan anugerah yang diberikan Tuhan pada kita, misalnya seorang anak. Menjadi sosok orang tuapun, harus benar-benar mengasuh anaknya dengan penuh cinta bukan sebagai beban yang dipikul dengan paksa. Anak juga punya hak diasuh dengan baik dan diberi pendidikan.

"Indonesia sewajibnya peka akan hukum perlindungan anak dan tidak lagi membiarkan terjadinya penjualan anak secara ilegal" 


Dokumentasi Keseruan Nobar Kopi Medan Film Untuk Angeline



Sebelum Nobar Film, Sahabat Kopi Medan eksis Foto Bareng



Bersama Sahabat Kopi Medan setelah menyaksikan Film Untuk Angeline




 






Kak Kawakieb, teman baru selfi bareng



#AyoJadiSahabatAnak bersama Koalisi Online Pesona Indonesia (KOPI)
#KOPIIsCinta dan dukung terus film Indonesia #UntukAngeline

Follow twitter : @KOPIKABARINDO
Instagram       : @KoalisiKopi
Fans Page Facebook : @KOPI Is Cinta @UntukAngeline